Kak Ochi Yang Sexy

Namaku Fadel, sejak aku SMA aku tinggal berdua bersama kakak perempuanku Rosi yang biasa ku panggil kak Ochi di sebuah rumah kontrakan. Sedangkan orangtuaku tinggal di kota yang berbeda karena urusan bisnis. Saat ini aku masih kelas 2 SMA sedangkan Kak Ochi sudah kuliah semester 3.

Menurutku kak Ochi gadis yang sempurna, sudah cantik, sexy, baik lagi. Idaman semua cowok deh pokoknya, termasuk aku adeknya, hihihi.. Setahuku kak Ochi sekarang sedang jomblo, soalnya dia tidak pernah bilang kalau dia sudah punya pacar lagi sejak putus dengan mantan pacarnya dulu. Soalnya kalau ada apa-apa dia biasanya sering curhat padaku, bahkan sampai ngomongin urusan kuliahnya yang tentu saja aku tidak paham.
 ngin.. rese kamu.
Tuh lihat sampai kotor gitu kan tempat tidur kakak..!!”
“Maaf deh kak… biar Fadel yang bersihin nanti” kataku merasa bersalah.
“Dasar kerjaan kamu onani mulu.. kosong tuh dengkul. Ya sudah, udah terlanjur juga.. ambilin lagi sana tisu”
“Iya kak” akupun mengambil tisu yang ada di atas meja dan memberinya ke Kak Ochi.
“Nggak marah lagi kan kak?”
“Mau kamu kakak marah terus?”
“Hehe.. Ya enggak lah kak, terus spreinya gimana kak? Jadi cuci?”
“Hmm.. biar aja deh, ntar juga kering.. kalau gak kering juga terpaksa deh gantian kakak yang tidur di kamar kamu ntar malam”
“Makasih yah Kak.. hehe”
“Dasar.. Dulu waktu mama ngandung kamu mama ngidam apa sih? Kok gini amat mesumnya, hihihi.. Untung semprotnya di muka kakak, coba kalau di..” dia tiba-tiba berhenti bicara.
“Kalau dimana kak?” tanyaku memancing, ku lihat wajah kakakku memerah karena malu menyebutnya.
“Tau sendiri lah kamu.. Udah sana mandi, ntar terlambat kamu sekolah” Kakakku bangkit dari tempat tidur dan membuang tisu itu ke tempat sampah.
“Iya kak..”
“Kamu mau sarapan apa dek? Kakak bikin nasi goreng aja yah?” katanya sambil mengikat rambut sebahunya itu kincir kuda.
“Oke kak..” dia tersenyum dan meninggalkan kamar. Aku menyusulnya keluar tidak lama kemudian untuk segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah.
Sungguh beruntung aku bisa menyemprot di wajahnya sampai dua kali, aku harap masih akan ada lagi semprotan ketiga, keempat atau seterusnya. Aku penasaran apa yang akan ku lakukan lagi nanti sepulang sekolah bersama kakakku yang cantik dan seksi itu.
Aku buru-buru pulang saat selesai jam sekolah. Aku sangat menantikan aksi selanjutnya bersama kakakku. Tapi ternyata aku tidak beruntung karena sepertinya Kak Ochi belum pulang dari kuliahnya. Selain itu aku juga sudah lapar banget karena belum makan siang. Katanya sih Kak Ochi bakal beliin ayam goreng untuk lauk makan siang kami, tapi udah sore gini dia belum pulang juga. Terpaksa aku hanya nonton tv sambil menahan perut yang keroncongan.
Dua jam kemudian barulah ia pulang, seperti biasa ia selalu mengenakan pakaian yang tertutup lengkap dengan jilbabnya bila keluar rumah.
“Duh dek, sorry yah sorry yah.. kelaman yah nungguinnya? Udah lapar yah? Sorry banget… tadi kakak ada perlu…” Ucapnya pertama kali saat masuk rumah.
Sebenarnya aku kesal, tapi karena melihat wajah memelasnya itu hatiku jadi luluh.
“Iya iya..” jawabku sambil mengambil bungkusan ayam itu dari tangannya.
“Jangan makan duluuuu… kakak ganti baju dulu bentar, kita bareng makannya” katanya sambil bergegas ke kamarnya.
“Iyaaaa…” jawabku lemas. Sebenarnya aku pengen ngikutin dia ke kamarnya, siapa tahu dibolehin liat dia ganti baju hehe, tapi ternyata rasa laparku lebih kuat. Akupun ke dapur mengambil piring untuk kami berdua.
Selang beberapa lama kemudian dia keluar dari kamarnya. Kali ini dia malah mengenakan kaos biru yang pas-pasan di tubuhnya dan celana pendek hitam yang mirip celana dalam. Sungguh berbeda dengan apa yang aku lihat sebelum dia masuk kamar. Yang tadinya begitu serba tertutup, kali ini begitu terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
“Mau yang paha atau yang dada dek?” tanyanya dengan memegang paha di tangan kanannya dan dada di tangan kirinya.
Duh, coba aja yang ditawarkan itu paha dan dada miliknya, pasti ku pilih keduanya, hehe.
“Mau paha ayam atau dada ayam?” tanyanya lagi, yang sepertinya tahu apa yang sedang ku pikirkan.
“Eh, dada aja kak..” jawabku akhirnya.
“Nih…” katanya sambil meletakkan paha ayam ke piringku, loh kok.
“Kakak pengennya dada, lebih gede… hihi” seenaknya aja dia, trus ngapain pake nanya tadi -.- Aku hanya memandang kesal padanya, tapi dia cuek saja dan pergi ke ruang tengah untuk makan sambil nonton tv.
Sabar…sabar… ntar ku balas kakakku ini. Kena semprot lagi baru tau rasa dia. (Agan-agan pembaca ada yang mau bantuin semprotin gak? Hehe…)
Aku juga mengikutinya makan sambil nonton tv, kakakku duduk bersimpuh di bawah sedangkan aku sengaja duduk di atas sofa yang ada di belakangnya. Setidaknya dengan posisiku disini aku bisa menuntaskan dua nafsu sekaligus, nafsu makan dan nafsu birahi dengan memandangi kakakku.
“Temanmu gak main kesini lagi dek?” tanyanya disela-sela makan.
“Nggak kak, kenapa emang?”
“Gak ada sih, bagus soalnya karena kakak gak digoda terus, apalagi temanmu kemarin itu si Ucup, pake minta foto kakak segala”
“Ngapain juga sih kakak kasih?”
“Biarin aja, cuma jepretin kakak beberapa kali doang” jawabnya santai. Kak Ochi gak tahu apa kalau bakal dijadikan objek coli si Ucup.
“Tapi dek..” katanya melanjutkan.
“Tapi apa kak?” tanyaku penasaran, dia tersenyum kemudian naik ke atas sofa di sebelahku.
“Kemarin itu dia juga ambil foto bugil kakak lho..” katanya berbisik.
Jleb!! Apa? Jadi kakakku difoto bugil sama si Ucup? berarti duluan si Ucup yang melihat tubuh bugil kakakku. Pantasan tadi waktu aku mau lihat foto kakakku yang dijepretnya kemarin dia gak mau, terus waktu pulang kemarin dia juga tampak kesenangan, begitu toh ternyata. Bakal ku hajar si Ucup itu besok. Namun aku penasaran juga bagaimana si Ucup merayu kakakku sampai kakakku mau difoto bugil oleh si Ucup. Tapi ah.. sudahlah, lagian aku sudah lihat juga walau sesaat. Tapi aku tetap tidak habis pikir kakakku mau saja difoto bugil olehnya. Mengetahui hal itu aku malah horni, membayangkan kakakku telanjang di depan orang lain yang tidak jelas seperti si Ucup itu.
“Gak apa kan dek? Cuma foto doang kok.. itupun dia maksa sih, lagian dia janji gak bakal nyebarin” walaupun maksa kok kamu mau mau aja sih kak, gerutuku dalam hati.
“Iya, terserah deh.. curang tuh si Ucup. Dasar otak ngeres dia” sungutku.
“Sama kaya kamu.. makanya cari cewek sanaaaa” katanya sambil mencubit pipiku dengan tangan kanannya, sehingga meninggalkan butiran nasi yang menempel di wajahku.
“Duh kak.. sakit tahu..” kataku lebay, dianya malah ketawa-ketawa saja.
Tapi yang ku lihat selanjutnya membuat darahku berdesir. Dia mencolek nasi yang ada dipipiku itu lalu memakannya, bahkan dia mengemut-ngemut jarinya sendiri sambil tersenyum manis menatapku. Aku jadi terpana melongo. Tapi tunggu.. mana ayamku? Sial, ternyata sudah diembatnya.
“Kaaaaaaaaaak” teriakku histeris. Jadi ternyata dia sengaja bikin aku mupeng demi mengambil ayam milikku? Betul-betul bikin kesal.
Dia betul-betul harus tanggung jawab, udah bikin aku mupeng, dianya juga ngambil ayamku.
“Hihihi, makanya jangan ngeres!!” katanya berlari ke dapur sambil ketawa-ketawa.
Aku hanya meremas sisa nasi di piringku yang kini tidak ada lauknya lagi, terpaksa ku sudahi makanku T.T
“Udah sana mandi, udah sore..” katanya santai seperti tidak bersalah.
Dia yang sepertinya tahu kalau aku masih kesal terus saja tertawa kecil, bikin aku tambah kesal saja. Diapun masuk ke kamarnya meninggalkanku. Awas yah kak.. betul-betul akan ku tembak lagi mukamu, batinku.
Aku beneran mandi setelah itu. Meski sedang horni-horninya tapi aku tidak onani karena memang sengaja menyimpannya nanti untuk balas dendam. Selesai mandi akupun ke kamar kakakku. Ku lihat dia sedang asik di depan laptopnya.
“Ngapain kamu dek? Nempel mulu dari tadi”
“Suka-suka dong..”jawabku cuek.
“Pengen coli lagi kamu? Mau nembak muka kakak lagi? Jangan ngarep ya..” Ampun deh, sering amat isi kepalaku ditebak sama dia.
“Kakak lagi sibuk, jangan ganggu deh..” sambungnya.
Sibuk apanya? Yang ku lihat dia malah asik edit-edit foto. Tapi melihat dia yang lagi asik ngedit foto aku jadi kepikiran hal mesum, bagaimana kalau nanti aku juga mengedit fotonya, ku potong gambar kepalanya lalu ku tempel ke foto cewek telanjang yang lagi disetubuhi rame-rame. Duh, ngebayanginnya aja aku jadi horni.
“Iya… gak ganggu kok kak..” Kak Ochi hanya melirik ku sebentar lalu melanjutkan lagi kesibukannya itu.
Akupun hanya tidur-tiduran saja di ranjangnya sambil main game di hpku, aku masih menunggu waktu yang tepat.
“Haaaah.. Cape juga..” katanya sambil melemaskan badannya mengangkat tangannnya ke atas.
“Eh, tumben kamu gak nganggu?” sambungnya melirik padaku, aku hanya cengengesan saja.
“Ya udah kakak mau mandi dulu, kamu mau disini aja? Tapi jangan macam-macam yah di kamar kakak..” Diapun keluar kamar untuk mandi.
Cukup lama aku sendirian di kamarnya, dasar cewek.. mandinya lama amat. Setelah sekian lama barulah dia kembali, sekali lagi aku melihat tubuh indahnya yang basah itu hanya diselimuti handuk kecil.
“Lama amat kak?”
“Emang itu urusan kamu? Suka-suka kakak dong…” jawabnya ketus, bikin kesal aja tapi tetap aja nafsuin.
“Dek, kakak mau ganti baju nih..” katanya memandang ke arahku.
“Terus?” kataku cuek, dia pasti bakal nyuruh aku keluar nih, pikirku.
“Kamu mau milihin baju buat kakak gak dek? Pilihin deh suka-suka kamu.. anggap aja sebagai ganti rugi ayam tadi” Jebret!! Aku terkejut mendengarnya.
Aku kira tadi bakal diusir, tapi malah disuruh milihin baju untuk dia.
“Eh, Y..yang bener kak?”
“Iya..” jawabnya sambil tersenyum manis. Yuhu… asik, aku dibolehin milihin baju buat dia \:v/ Waktunya berfantasi ria, mana mungkin bakal ku pilihkan baju yang biasa-biasa saja, akan ku gunakan kesempatan ini secabul mungkin.
Langsung saja ku buka lemari bajunya, saking banyak isinya aku jadi bingung sendiri. Tapi biarlah, kapan lagi bisa mengobrak-abrik isi lemari kakakku ini.
“Cepetan dek..”
Dadaku jadi berdebar-debar, akhirnya aku bisa mewujudkan salah satu khayalanku. Segera ku obrak-abrik isi lemarinya tanpa peduli kalau dia akan marah.
“Dasar kamu.. Sampai berantakan gitu lemari kakak.. kontrol diri dek.. hihi”
Setelah cukup lama membuat berantakan isi lemarinya, akhirnya ku pilih sepotong kemeja putih lengan panjang yang tampak transparan dan sepasang kaos kaki putih sebetis, tentu saja tanpa celana dalam ataupun bh.
“Ini dek? Dalamannya?”
“Gak usah kak.. itu aja.. mau kan kak?”
“Dasar mesum.. iya deh, ngadap sana dulu kamunya… biar surprise ntar” pintanya. Akupun membalikkan badanku.
Sebenarnya aku kepengen melihat dia yang dari telanjang hingga mengenakan itu semua. Tapi betul juga katanya, sepertinya bakalan lebih mengejutkan kalau aku tidak melihat prosesnya. Dia melempar handuknya itu ke kepalaku, entah apalah maksudnya. Mungkin saja sebagai penanda kalau kakakku ini sudah bugil polos di belakangku. Hanya terdengar suara kresek-kresek selama beberapa saat setelah itu.
“Udah dek..”katanya tidak lama kemudian, akupun memutar lagi tubuhku.
Woooow… jantungku berdebar dengan kencangnya, aku langsung panas dingin melihat pemandangan di depan mataku ini. Khayalan mesumku terwujud. Kakakku terlihat sangat seksi dan menggoda dengan pakaian yang aku pilihkan itu. Dia hanya mengenakan kemeja putih lengan panjang tanpa apa-apa lagi dibaliknya. Kemeja itu tampak longgar dan cukup dalam hingga menutupi paha atasnya, hanya beberapa senti dari pangkal selangkangannya, seandainya dia duduk pasti pantat dan vaginanya akan terpampang bebas. Karena kemeja itu agak transparant aku dapat melihat puting payudaranya yang menerawang dan juga bayangan hitam dari rambut kemaluannya. Sepasang kaos kaki putih yang melekat di kaki indahnya makin menambah kesan seksi dan imut luar biasa. Ah.. untung saja aku tidak mimisan.
“Gimana dek? Suka?” tanyanya sambil memutar tubuhnya bergaya di depanku.
“Iya kak.. s..su..suka banget..”
Duh, aku betul-betul tidak tahan lagi untuk onani saat ini. Penisku menengang sejadi-jadinya dari balik celana. Kakakku hanya tersenyum melihat gelagatku.
“Kenapa dek? Pengen coli ya kamu?” Duh, kenapa sering kali dia bisa menebak isi pikiran cabulku.
“Hmm.. kakak bolehin deh kali ini..” katanya lagi.
“Heh? Beneran kak? Biasanya kan kakak marah..”
“Iya.. sesekali gak apa lah kasih kamu hadiah kaya gini.. hihi”
“Hehe.. kakakku ini emang yang paling baik, udah cantik, seksi lagi..” godaku yang kesenangan.
“G-o-m-b-a-l !!” katanya mengeja kata itu per huruf.
Akupun segera membuka celanaku beserta kolornya, merasa tanggung aku membuka bajuku juga sehingga aku jadi telanjang bulat di depannya. Betul-betul suasana yang cabul.
“Adek!! Seenaknya aja kamu bugil di kamar kakak!! Gak ada yang boleh bugil di sini selain kakak!!”
“Hehe, biar lebih asik kak.. gak apa yah kak? Kali iniiii aja”
“Ya udah ya udah ya udah, suka-suka kamu deh, lihat… udah tegang gitu punyamu hihihi..” katanya melirik ke penisku, aku hanya cengengesan saja.
Aku lalu duduk di tepi ranjangnya dan mulai mengocok penisku di depannya sambil mataku menjelajahi tubuhnya. Dia masih berdiri di depanku, membebaskan aku sepuas-puasnya menatap dirinya dengan pakaian seperti itu.
“Semangat amat, pelan-pelan aja dek, ntar lecet loh.. hihi. Tuh kalau kamu mau pakai aja body lotion kakak..”
“Boleh juga tuh kak..” Diapun mengambil botol body lotion yang ada di atas meja riasnya dan memberikannya kepadaku.
“Nih..”
Aku menerimanya dan melanjutkan aksiku kembali, kali ini dibantu dengan lotion darinya. Betul-betul luar biasa rasanya.
“Panas ya dek? Merah gitu mukanya..”
“Hehehe.. gimana gak panas kak, pemandangannya kayak gini…”
Dia hanya tersenyum, tapi apa yang ku lihat kemudian? dia membuka satu kancing kemejanya lalu melirik nakal padaku, membuat tubuhku gemetaran saking horninya. Tapi satu kancing yang terbuka belum cukup untuk melihat belahan dadanya. Seakan mengetahui pikiran mesumku dia membuka satu lagi kancing kemejanya lalu satunya lagi!! kini belahan dadanya terlihat jelas. Duh, kakakku betul-betul penggoda yang jago.
“Cukup segitu aja yah dek…” katanya lalu tersenyum.
Ah, padahal aku berharap kalau dia membuka seluruh kancing kemejanya, bahkan kalau bisa telanjang. Tapi ini saja cukup dan sudah membuatku tidak tahan. Aku meneruskan kocokanku sambil menjelajahi seluruh bagian tubuhnya, mulai dari wajah, leher, dada, paha hingga betisnya. Semuanya sungguh putih mulus dan terawat. Dia sendiri santai saja berdiri di depanku sambil BBM-an dengan sesekali melirik dan tersenyum manis padaku.
“Kak.. pakai kaca mata itu dong, pasti tambah cantik deh, hehe…” pintaku sambil menunjuk kacamata bacanya yang ada di atas meja.
Sebenarnya dia gak rabun sih, tapi sesekali dia memang memakai kacamata kalau lagi lama-lama di depan laptop atau lagi baca buku, biar matanya gak sakit katanya. Kacamata itu juga modelnya biasa-biasa saja, dengan tangkai hitam tipis dan kaca persegi yang bening.
“Hmm? Ini dek?” tanyanya sambil mengangkat kacamata itu kemudian memakainya.
Duh, sekarang dia tambah imut saja. Bayangkan saja, dia hanya memakai kemeja putih polos yang beberapa kancingnya terbuka tanpa bawahan dan dalaman, sepasang kaos kaki putih, dan juga kacamata. Kurang imut apa lagi coba? Siapa yang bakal tidak tahan? Makin lama kocokanku semakin cepat, kurasa aku sudah hampir sampai.
“Kak…”
“Hmm? Apa?” tanyanya dengan nada suara yang merdu.
“Mau keluar.. Ntar keluarin dimana nih kak?” tanyaku sambil mengocok penisku dengan cepat.
“Maunya kamu?” tanyanya balik dengan lirikan menggoda, membuat aku makin tidak tahan saja.
“Di muka kakak lagi boleh gak kak? Hehe” pintaku untung-untungan.
“Dasar.. kakak udah tebak kamu bakal minta itu, hmm.. iya deh.. kali ini aja ya.. Udah mau keluar dek?”
“Iya kak, bentar lagi nih.. ”
Kakakku kini bersimpuh dihadapanku sambil tetap tersenyum manis, wajahnya hanya berjarak sekitar lima belas senti dari ujung penisku. Kali ini sensasi yang ku rasakan sungguh luar biasa karena dia dengan suka rela dan dalam keadaan sadar memperbolehkanku untuk menyiram wajahnya dengan spermaku, bahkan matanya menatapku sambil tersenyum manis! Aku sudah tidak tahan lagi!!
“Kak.. k..keluaaaarrrrr… arghhhh”
“Crooot.. croooottt” spermaku menyemprot dengan banyaknya ke wajahnya untuk ketiga kalinya.
Bertubi-tubi spermaku mendarat ke wajah bening cantiknya itu seperti tidak akan berhenti. Karena matanya yang terlindungi kacamata membuat dia tidak perlu memejamkan matanya dan terus menatapku selama aku ejakulasi.
Tidak sia-sia aku tidak onani tadi ketika mandi, jadinya aku dapat menembak lebih banyak peluru sekarang, sangat banyak dan sungguh nikmat sekali. Ku keluarkan semuanya hingga tetes terakhir, mengosongkan kantung zakarku dan memindahkan semua isinya ke wajah kakakku ini. Kini wajah kakakku yang cantik, putih dan halus jadi belepotan pejuku yang kental dan lengket.
“Nggmmh.. banyak amat sih dek ngecrotnya? Bauuuuu…” protesnya dengan nada manja setelah semprotanku berakhir.
Dia lepaskan kacamatanya yang juga kotor terkena pejuku.
“Sorry deh kak.. tapi kakak makin cantik aja belepotan gitu.. hehe”
“Huu… Iya iya iya makasih pujiannya.. enak ya kamunya, udah tiga kali pejuin muka kakak” aku hanya cengengesan saja karena memang sungguh beruntung bisa pejuin mukanya, bahkan ternyata bisa sampai tiga kali.
Dia lalu bangkit dan mengambil kotak tisu.
“Sayang tuh kak kalau langsung dibersihin..”
“Hmm? Terus? Maunya kamu? Masa dibiarin aja sampai kering? Gak mau ah.. bau”
“Kalau gitu ditelan aja kak..” kataku berani.
“Haaah?!! Sembarangan.. jorok tau!! kamu kira enak apa? Nih kamu telan aja sendiri.. nih nih nih…” katanya mencolek sperma di wajahnya dengan telunjuk lalu mengarahkannya padaku.
“Ah Kak.. apaan, nggak..!!” kataku panik, kakakku tertawa terbahak-bahak melihatku yang jijik dengan spermaku sendiri.
“Hahaha.. tuh kan, kamu sendiri aja jijik, pake nyuruh kakak segala..” katanya sambil masih saja tertawa. Sialan kakakku ini.
“Hmm.. Tapi dikit aja yah? Lihat nih” sambungnya.
Dia menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung telunjuknya tadi yang ada tetesan sperma itu, kemudian memasukkan jarinya itu kemulutnya dan mengemutnya sambil tersenyum. Tatapan matanya juga melirik ke arahku ketika melakukan itu. Gila, darahku berdesir melihatnya. Sungguh seksi dan menggoda, makin lemas aku dibuatnya.
“Udah kan dek? Puas kan?” katanya lalu membersihkan wajahnya dengan tisu.
“I.. iya kak.. makasih”
“Udah sana pakai lagi baju kamu, terus bikin pe-er” suruhnya.
“Iya.. tapi bajunya kakak jangan diganti dulu kak… biarin aja”
“Kamu mau kakak tetap makai ginian?”
“Iya, gak apa lah kak.. kan cuma di dalam rumah aja, lagian cuma kita berdua aja di sini”
“Iya deh.. malam ini aja lho, dasar kamu nakal” katanya akhirnya menuruti.
Akupun mengenakan kembali pakaianku dan keluar dari kamarnya. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Kakakku juga ikut keluar kamar. Dia beraktifitas seperti biasa, keluyuran di dalam rumah dengan masih memakai setelan yang aku berikan tadi. Sungguh menggoda melihatnya berkeliaran di dalam rumah mengenakan pakaian seperti itu. Saat dia duduk tentu saja kemeja itu tidak dapat lagi menutupi vagina dan pantatnya, sehingga dia kelihatan kerepotan menutupi vaginanya itu dari pandanganku, baik dengan tangannya ataupun dengan merapatkan pahanya. Melihat tingkahnya itu malah bikin aku gemas.
“Liat apa kamu?” tanyanya melotot kepadaku.
“Liatin.. kakak, hehe.. gak usah ditutup-tutup segala kak”
“Maunya!! Huh..” katanya seperti menolak.
Tapi ternyata dia lepaskan juga tangannya. Dia akhirnya tidak berusaha menutup-nutupinya lagi. Kak Ochi pasrah saja kalau vaginanya menjadi santapan mataku setelah itu. Saat aku kedapatan olehnya melirik ke vaginanya dia malah tersenyum padaku. Bikin aku gregetan aja.
Untung saja hanya aku yang melihatnya seperti itu, entah apa jadinya kalau orang lain melihat penampilan kakakku seperti sekarang. Yang selama ini di luar selalu berpakaian tertutup, kini nyaris telanjang keluyuran di dalam rumah.
Tapi semesum-mesumnya pikiranku, aku belum kepikiran untuk benar-benar menyetubuhinya, itu masih sebatas khayalan sebagai bahan onaniku saja. Aku belum sampai senekat itu, aku masih waras untuk tidak berhubungan badan dengan kakak kandungku sendiri. Ini saja sudah lebih dari cukup, tapi mungkin saja suatu saat bisa terjadi. Saat ini aku nikmati saja dulu pemandangan di depanku ini. Pemandangan kakakku yang seksi dan nakal ini. Sepertinya malam ini aku akan sekali lagi pejuin dia. Sungguh melihat pemandangan indah ini membuat aku tidak tahan. Tidak mungkin aku bisa menahannya lama-lama.
“Crooot…croooot…”
“Adeeeeeeeeeeeeeeeeeekkkk!!!”
“Adeeeeeeeeeeeeeeeeeekkkk!!!”
“Kena nih baju kakaaaak!!” teriak kak Ochi memekakkan telinga.
“M-maaf kak”
“Dasar kamu ih, ngecrotnya sembarangan ajah… lihat nih jadi belepotan kemana-mana gini!!” katanya mengusap kemejanya yang terkena ceceran spermaku, bahkan sampai berceceran ke pahanya yang putih mulus.
“Ish, jorooookkk….,” Rengeknya manja.
Dia lepaskan kaos kakinya dan menggunakannya untuk membersihkan pahanya dengan ekspresi jijik, lalu melemparkan kaos kaki itu ke arah ku.
“Ini juga kotor, malas ah kakak pake terus,” katanya dengan santai membuka sisa kancing lalu melepaskan kemeja itu dari tubuhnya. Dia juga melemparkan kemejanya itu padaku.
Aku tidak percaya apa yang aku lihat, Kak Ochi Bugil! Akhirnya aku dapat melihatnya bugil lagi. Mataku tidak bisa lepas dari tubuhnya. Tubuh nakal kak Ochi kini tidak tertutup apa-apa lagi, begitu putih, mulus dan terawat. Posenya juga menggiurkan dengan paha dirapatkan dan tangan menyilang di dada seperti berusaha menutupi buah dadanya yang ranum, tapi tetap saja aku masih bisa melihat puting merah mudanya yang mancung tegak itu. Pikiranku langsung melayang kemana-mana.
“Adek! Malah bengong kamunya… Cuci tuh semua!! Kamu kira apa emang?! Malah ngelamun lliatin kakak… Rese!” katanya dengan wajah dicemberutkan, membuatku tersadar dari lamunan cabulku.
“Eh, i-iya kak,” kataku terbata memungut kemeja dan kaos kakinya itu.
Lagian melihat ulah dan keadaan dirinya saat ini siapa juga yang tidak bakal horni dan mikir jorok.
“Ayooo…. Ngelamun apa kamu barusan? Ngayal gitu-gituan sama kakak? Iya? Iya kan? jujuuuurrrrr….,” katanya menatapku penuh selidik, membuat aku jadi grogi.
“Iya kak, upss..,” duh, aku keblablasan ngomong terlalu jujur.
“Rese kamu dek, udah sana bobo! Gitu-gituan sama kakaknya dalam mimpi kamu aja sana, hihi… Malam ini sampai di sini aja. Gak apa kan? udah dua kali ngecrot juga kamunya”
“Ngmmm… tapi kapan-kapan boleh lagi kan kak kaya tadi? Hehe” tanyaku harap-harap cabul.
“Huuu… Seenaknya aja kamu ngomong, dasar!” jawabnya.
Meski tidak mengiyakan tapi dia juga tidak menolak, aku anggap saja dibolehkan.
“Jangan lupa tuh dicuci sampai harum lagi. Pokoknya yang bersih! Udah ah, kakak mau bobo,” Ujarnya sambil berlari kecil ke kamarnya, masih dalam keadaan telanjang bulat tentunya.
“Nngg… Kak….” Panggilku.
“Hmm? Apa lagi dek?” sahutnya menoleh ke arahku.
“Tidur bareng?” tawarku. Dia tersenyum manis, lalu menyuruhku mendekat ke arahnya dengan isyarat telunjuk.
Dengan cengar-cengir kesenangan akupun segera mendekat ke arahnya.
“Jtak!!”
“Aduh… aw..sshh” Keningku dijitak olehnya, sakit T.T
“Rasain! Sakit dek? Hmm? Mau lagi? Udah kakak bilang udahan… sana-sana hush hush…”
“Iya iyaaaaah”
Yah… aku tidur sendiri malam ini. Ya sudahlah, lagian tadi aku sudah dua kali ngecrot, bisa mati lemas aku nanti. Ku periksa kemeja yang tadi dipakainya. Ternyata memang banyak ceceran spermaku di sana, dan ternyata baunya memang menyengat. Terpaksa aku nyuci dulu malam-malam, daripada besok aku kena sembur olehnya.
Beberapa hari berlalu, kakakku tidak pernah lagi menggodaku secara sadis seperti waktu itu. Pernah aku mencoba memintanya lagi pada kak Ochi, tapi ditolaknya. Ya.. aku tidak mau juga sampai terlalu memaksanya, termasuk mengulangi perbuatan kurang ajar menyemprot wajahnya diam-diam seperti waktu itu. Aku takut nanti hubungaan kami malah rusak. Hmm.. ambil aja positifnya, kalau keseringan onani gara-gara dia bisa-bisa makin menonjol tulang lututku ini, hehe… Meskipun begitu, dia masih seperti biasa hanya mengenakan pakaian seadanya kalau di dalam rumah, termasuk bila ada teman-temanku.
Bila aku betul-betul tidak tahan melihat penampilannya, terpaksa aku hanya onani sendiri di kamar atau di kamar mandi T.T Sampai saat ini juga masih kak Ochi yang menjadi prioritas objek onaniku, soalnya masih belum ada yang lebih hot dari dia sih, hehe..
Seperti saat sekarang ini, aku sedang onani tiduran di kamarku sambil memandang fotonya di hapeku. Foto-foto dirinya yang sudah aku edit abis sedemikian rupa pake photoshop. Ada yang seperti dia lagi megang penis, ada yang seperti sedang disetubuhi ramai-ramai dan lain-lainnya.
“Adeeekk…” katanya nyelonong masuk ke kemarku tanpa mengetuk pintu.
Aku terkejut bukan main sekaligus panik dipergoki olehnya sedang onani.
“Ups… lagi asik yah? Sorry sorry… kakak cuma mau minta satu sms, pulsa kakak habis nih…” dia lalu mendekat dan dengan santainya mengambil ponsel dari tanganku.
“Hah! Apaan nih dek?!” Mati deh, aku belum sempat nge-close foto-foto itu.
“Kamu ngebayangin kakak kaya gini?” tanyanya lagi sambil terus memperhatikan foto-foto editanku itu.
Aku tidak dapat mengelak, aku bersiap-siap saja bakal kena sembur olehnya.
“Rapi banget editnya dek… kaya asli” Heh? Dia malah memuji ternyata.
“Hiiiii gak kebayang deh kalo betulan kaya gitu, masa kakak gituan sama orang negro sih? Digituinnya rame-rame lagi, hahaha… Dasar kamu… fantasinya ada-ada aja. Ya udah, minta satu sms bentar”
Dia tidak marah! Malah dia ketawa melihat editanku!
Aku hanya terdiam di atas tempat tidurku tanpa tahu harus berbuat apa, tanganku menutup penisku yang sedang tegang-tegangnya itu. Sedangkan dia cuek saja berdiri di sebelahku sambil ngetik sms dan… makan pisang? Pikiranku langsung ngeres. Seharusnya tidak ada yang aneh melihatnya lagi makan pisang, tapi aku yang saat ini lagi horni-horninya malah menghayal yang tidak-tidak. Apalagi pakaiannya tetap minim seperti biasa, hanya mengenakan tanktop abu-abu longgar dan celana pendek ketat. Tanpa sadar aku mulai mengocok penisku lagi sambil membayangkan kalau pisang itu adalah penisku.
“Nih dek… makasih” katanya meletakkan hapeku ke dadaku setelah selesai mengirim sms.
“Asik benar kayanya kamu dek… Napa dek? Ada yang salah kalau kakak makan pisang? Kamu mau juga?”
“M-mau kak” kataku kesenangan.
“Nihhhh” katanya sambil menyodorkan pisang itu ke mulutku.
Yah.. aku kira dia bakal memakan ‘pisang punyaku’, ternyata malah menyodorkan pisang di tangannya itu, aku gigit dan makan juga sedikit.
“Enak?” tanyanya, aku hanya senyum kecil saja. Dia lanjutkan memakan pisang itu lagi, bahkan sekarang sengaja memancing birahiku lebih lanjut dengan menjilati dan mengemutnya.
“Hihi.. Napa dek? senang banget kayanya kamu lihat kakak makan pisang, mikirin apaan sih?” godanya. Aku hanya cengengesan saja. Aku rasa dia sendiri pasti tahu apa yang aku pikirkan.
“Dasar mesum, adekku ini makin gede makin porno aja… hihi” katanya sambil mencubit hidungku.
“Ya udah, lanjutin deh ngocoknya…” katanya beranjak keluar dari kamarku.
Yah… kok udahan? protesku dalam hati. Tapi dia seperti tahu saja kalau aku lagi nanggung, saat hendak menutup pintu dia menoleh lagi padaku.
“Dek… kalau kamu perlu bantuan kakak, kakak ada di teras belakang yah…” bisiknya sambil mengedipkan mata kirinya lalu menutup pintu kamarku, membuat darahku berdesir karenanya.
Apa itu isyarat kalau aku boleh pejuin dia lagi? Yuhuuuuuu…. Jantungku jadi berdebar-debar kesenangan.
Aku keluar kamar tidak lama setelah itu, aku nekat saja keluar kamar tanpa memakai dulu celanaku. Ku lihat di halaman belakang dia lagi asik olahraga lompat tali. Kakakku ini memang rajin olahraga, pantas saja badannya tetap indah dan kencang. Beruntungnya aku punya kakak seperti dia, hehe… (Agan2 jgn ngiri yah..)
Kak Ochi tersenyum saja melihatku yang tidak pakai celana menuju ke arahnya. Tapi dia teruskan lagi olahraganya tanpa menghiraukanku. Seolah sengaja memuaskan mataku dengan menunjukkan tubuh indahnya yang sudah mulai berkeringat. Aku duduk di kursi kayu yang ada di dekatnya. Dari sini saja aku dapat mencium aroma tubuhnya yang khas, apalagi sekarang dia penuh keringat seperti ini, membuatku semakin horni karenanya.
Aku mulai mengocok penisku sendiri di dekatnya. Tampak beberapa bagian tanktopnya sudah basah, dia betul-betul bermandikan keringat. Kulitnya jadi terlihat mengkilap menambah keseksiannya yang hanya dibalut pakaian minim seperti itu. Apalagi saat melompat buah dadanya berayun-rayun bebas karena dia tidak memakai bh. Duh, nafsuin banget, kakakku betul-betul menggoda basah-basahan karena keringat gini. Kalau bukan kakakku sudah aku perkosa dia dari tadi.
“Haaaaahh… capek kakak dek, kamu juga capek ya dek? Hihihi,” katanya yang melihat aku juga ikut-ikutan olahraga, olahraga tangan tepatnya. Kak Ochi duduk di lantai sambil mengibas-ngibaskan tanktopnya itu. Sesekali dia menyeka keringat di keningnya dengan tangan. Bahkan dia malah sengaja mempercikkan keringatnya itu ke arahku lalu ketawa-ketawa kecil. Bikin aku semakin gemas dan birahi saja.
“Udah selesai aja kak?” tanyaku.
“Kenapa dek? Masih belum puas lihat kakak keringat-keringatan? Bentar yah… istirahat dulu, capek…”
“Tolong ambilin minum dong dek.. panas niiiih,” pintanya manja sambil masih sibuk menyeka keringatnya.
“Iya nih kak, panas, hehe.. kalau panas dibuka aja kak bajunya,” selorohku.
“Weeek… maunya kamu banget itu! Cepat sana ambiliiiin!! ntar gak kakak terusin lagi lho,” perintahnya.
“Iya kak iya, bentar” Aku lalu pergi ke dapur untuk mengambilkannya minum.
“Dek, sekalian tolong ambilin kakak handuk dong untuk lap keringat” pintanya lagi berteriak.
Ku turuti saja permintaannya itu, ku pergi mengambil handuk di kamarnya.
“Nih kak…” kataku menyerahkan botol pocari swe*t dan selembar handuk kecil padanya.
“Makasih deeekkk” ujarnya ketika menerimanya.
Dia sepertinya sangat kehausan, minuman itu sampai berleleran ke dagunya dan jatuh ke dadanya, membuat tanktop yang dipakainya semakin basah.
“Nih, handuknya buat kamu aja deh dek… kayaknya kamu lebih kepanasan dibanding kakak, hihihi…” katanya melempar handuk kecil itu padaku. Wah, sepertinya dia mengerti kalau aku tidak mau dia cepat-cepat mengeringkan keringatnya.
“Lanjut lagi?” tanyanya dengan tatapan menggoda padaku.
“B-boleh kak, hehe…”
Sambil tersenyum diapun bangkit dan mulai melompat lagi, memancing keringatnya untuk keluar lebih banyak dan makin membasahi tubuhnya. Aku juga memulai lagi aksi cabulku, mengocok penisku sendiri sambil menikmati pemandangan indah di depanku. Mukanya sudah memerah karena kepanasan, aku yang menyaksikannya juga jadi ikut-ikutan panas. Apalagi dia sesekali tetap melirik dan tersenyum kepadaku. Duh, penisku menegang sejadi-jadinya, rasanya penisku siap meledak kapan saja.
“Tok tok tok” kami dikejutkan suara ketukan pintu dari depan. Membuat kami sama-sama menghentikan aktifitas kami.
“Kak ada orang…” kataku pelan pada kak Ochi.
“Siapa yah dek? Kamu buka giiiih” suruhnya.
“Aku kan gak pake celana kak, kayaknya orang minta sumbangan deh kak… biarin aja,” kataku.
“Jangan pelit dek… udah, biar kakak aja yang bukain,” katanya.
“Hmm.. Sekalian wujudkan satu lagi khayalan nakalmu tentang kakak,” sambung kak Ochi berbisik sambil mengedipkan matanya dengan nakal, membuat darahku jadi berdesir.
Dia lalu menuju pintu depan, namun Kak Ochi terlebih dahulu mengambil uang lima ribuan yang ada di atas kulkas.
Aku hanya mengintip saja dari sela-sela pintu belakang, rumah ini memang tidak telalu besar, dari tempat ku berdiri saat ini aku bahkan bisa dengan jelas melihat keadaan ruang depan. Duh, jantungku berdebar dengan kencangnya memikirkan kakakku akan membukaan pintu pada orang yang tidak di kenal dengan pakaian sembarangan seperti itu, apalagi keadaannya begitu berantakan dengan wajah memerah dan keringat bercucuran.
“Iya bentar…” sahut kakakku. Pintu depanpun terbuka.
“Sumbangan anak yatim non…” kata orang itu, seorang pria tua kulit gelap terbakar matahari dengan baju koko yang tampak lusuh, rambutnya juga sudah banyak tumbuh uban yang tidak bisa disembunyikan dari balik peci hitam tuanya.
Ku lihat ekspresi pria itu yang tampak terkejut saat melihat penampilan kakakku. Meskipun sudah berumur, tapi dia tetaplah laki-laki yang pasti juga bakal konak melihat wanita berpenampilan seperti itu di depannya. Badanku jadi panas dingin melihat kakakku sedang dipelototi begitu, oleh pria tua tidak di kenal lagi. Kini bertambah satu orang lagi yang pernah melihat penampilan kakakku yang asal-asalan selain aku dan teman-temanku.
“Ini Pak.. maaf Pak cuma segini” kata kak Ochi menyerahkan uang lima ribu.
“Iya non, gak apa. Makasih banyak yah non… semoga rezeki non makin lancar dan non makin cantik”
“Amin…” sahut kakakku sambil tersenyum manis pada orang itu.
Aku jadi konak luar biasa melihat pemandangan beauty and the beast ini. Kak Ochi, gadis muda yang cantik putih dengan pakaian terbuka sedang bersama pria tua hitam, dekil, jelek yang entah siapa.
“Gak masuk dulu Pak? Bapak pasti haus kan? minum dulu pak…” tawar kak Ochi.
Apa-apaan sih kakakku ini, sembarangan aja ngajak orang tidak dikenal macam dia masuk ke dalam rumah.
“Eh, gak usah non… gak usah repot-repot” tolak Bapak itu halus.
“Udah pak… masuk aja. Istirahat aja dulu, gak ada siapa-siapa kok di rumah” tawar kakakku lagi.
Ku lihat bapak itu seperti menelan ludah mendengar omongan kakakku, khususnya saat kak Ochi bilang tidak ada siapa-siapa di rumah. Kali ini kak Ochi menarik tangan pria tua itu ke dalam. Beruntunglah pria tua itu dapat merasakan halusnya tangan kakakku ini.
“I-iya deh non, permisi…” kata pria itu berusaha sopan. Mereka lalu masuk ke dalam.
“Silahkan duduk Pak…” kata kak Ochi mempersilahkan duduk.
“Mau minum apa Pak?” tanyanya lagi.
“Duh, gak usah repot-repot non”
“Gak repot kok pak. Panggil Ochi aja Pak gak usah pake non segala… kalau boleh tau nama bapak siapa?” tanya kak Ochi ramah tanpa merasa risih sedikitpun, padahal dia sedang dipelototi dari tadi.
“P-panggil aja Pak Ahmad,” jawab Bapak itu grogi.
“Oh… Pak Ahmad. Ya udah, Ochi buatin teh manis aja yah pak,” kata kakakku. Bapak itu hanya angguk-angguk saja.
Aku masih bersembunyi di sini, dengan dada berdebar menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakakku lalu menuju dapur untuk membuatkan teh manis untuk mereka berdua. Ku lihat mata bapak itu memandangi bongkahan pantat bulat kakakku dari belakang, dia juga tampak membetulkan celananya. Nafsunya sudah terpancing, gawat nih.
Saat di dapur, Kak Ochi tersenyum ke arahku yang masih bersembunyi di sini. Dia menempelkan telunjuk ke ujung bibirnya sebagai tanda agar aku jangan berisik, lalu mengedipkan mata kirinya padaku dengan nakal. Duh, bikin gregetan banget, makin panas dingin badanku dibuatnya.
Kak Ochi kembali lagi ke depan sambil membawakan dua cangkir teh manis hangat. Ada-ada aja kakakku ini, padahal hari panas gini, tapi malah disuguhi teh hangat.
“Silahkan pak diminum tehnya…” kata kak Ochi sambil meletakan minuman di tas meja di depan bapak itu. Saat meletakkan teh itu badan kak Ochi sedikit merunduk, membuat isi dari balik tanktopnya bisa saja terlihat. Sepertinya bapak itu memang melihatnya karna dia terlihat menelan ludahnya lagi. Dia menyadari kakakku tidak pakai bh! Duh, tensi semakin tinggi dan memanas!
“I-iya, Makasih non…”
“Ochi pak, Ochi… Kan udah dibilang tadi, hihi..”
“Hehe, maaf non, eh Ochi. Ngomong-ngomong Ochi habis ngapain? Kok keringatan gini ?” tanya Bapak itu penasaran melihat kak Ochi bermandikan keringat.
“Habis olahraga Pak, kan biar tetap sehat dan cantik.. hihi” jawab Kak Ochi dengan wajah diimut-imutkan.
“Iya, non Ochi cantik benar” kakakku tertawa renyah mendengar pujian bapak ini.
“Hihi, makasih Pak. Paaakk… ayo diminum dong tehnya…” Masih bisa saja kakakku ini ramah tanpa risih sedikitpun, padahal dari tadi mata bapak itu sudah kelayapan kemana-mana.
Bahkan kini tidak segan lagi memandangi paha putih mulus kakakku. Hatiku merasa tidak karuan. Takut juga aku kalau kakakku sampai diapa-apakan olehnya, tapi aku juga horni melihat tingkah binal kakakku ini.
Melihat Pak Ahmad tidak juga minum, Kak Ochi inisiatif duluan meminum teh manis yang masih tampak beruap itu. Jadilah tubuh kakakku makin berkeringat karenanya, sepertinya dia memang berniat menunjukkan tubuhnya yang keringatan dengan pakaian minim itu pada pak Ahmad. Tentu saja membuat Pak Ahmad makin grogi dan makin sering membetulkan celananya.
“Panas ya pak? Mau Ochi tiupin teh nya?” tawar kak Ochi, aneh-aneh aja.
“Eh, gak usah Chi..” Diapun akhirnya meminum teh hangat itu. Bapak itu jadi ikutan berkeringat karenanya.
Sebenarnya tanpa minum teh itupun bapak itu juga sudah keringatan dari tadi, pemandangan didepannya kayak gitu sih.
Perasaanku makin tidak karuan saja melihat kakakku yang cantik bening lagi keringat-keringatan berdua dengan pria tua itu. Melihat pemandangan ganjil ini aku dari tadi hanya mengelus-ngelus anuku sendiri. Duh… Kak.. adekmu udah gak tahan nih, udahan dong… T.T
“Non Ochi, Bapak permisi ke kamar mandi yah…,” kata pak Ahmad.
“Silahkan Pak… tuh Pak di belakang, terus aja… udah gak tahan yah pak?” goda kakakku sambil tersenyum manis pada bapak itu.
Aku jadi geleng-geleng kepala. Binal amat kakakku ini, diperkosa baru tahu rasa dia.
Bapak itupun masuk ke kamar mandi, sedangkan kakakku masih menunggu disana. Kak Ochi lagi-lagi menoleh ke arahku dan mengedipkan matanya lagi dengan nakal. Apa yang aku lihat kemudian membuat aku berhenti bernafas, kak Ochi menanggalkan tanktopnya!! Kini dia telanjang dada disana!! Gila! Sungguh nekat. Ini sih melebihi fantasiku.
Sungguh nakal kakakku ini. Apa jadinya kalau Pak Ahmad tiba-tiba keluar dari kamar mandi dan menemukan Kak Ochi sedang telanjang dada. Aku yakin pasti langsung diperkosa tuh kakakku tanpa ampun.
Ternyata cukup lama juga bapak itu di kamar mandi, mungkin dia sedang menuntaskan birahinya. Bagus deh, dari pada kakakku yang jadi korban. Setelah sekian lama, gagang pintu kamar mandi tampak bergerak, dengan secepat kilat kak Ochi mengenakan kembali tanktopnya. Fiuuhh… nafasku betul-betul sesak, hampiiiiir saja. Aku kira Kak Ochi akan benar-benar telanjang dada di depan bapak itu.
“Non Ochi.. bapak pamit dulu yah.. ntar keburu malam,” kata Pak Ahmad ketika kembali ke depan.
“Ohh.. ya udah kalau gitu Pak,” kata Kak Ochi sambil berdiri lalu mengantar bapak itu ke depan. Aku tidak dapat melihat mereka berdua karena kak Ochi mengantar sampai keluar rumah, ada sekitar sepuluh detik aku tidak melihat dan mendengar apapun. Aku panik dan hatiku tidak karuan. Aku sampai berpikir yang tidak-tidak.
“Makasih banyak yah non,” kata Pak Ahmad terdengar kemudian.
“Iya pak, sama-sama” tampak Kak Ochi masuk kembali ke rumah.
Pintupun tertutup. Akhirnya berakhir juga. Aku betul-betul lega karena tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, tapi itu tadi betul-betul nekat, pake acara telanjang dada lagi. Tapi yang bikin aku penasaran itu apa yang dilakukan mereka berdua selama sepuluh detik di luar. Ah sudahlah, sepertinya tidak ada yang aneh.
Akupun keluar dari tempat persembunyianku. Aku sudah tidak kuat lagi menahannya. Setan dalam pikiranku berteriak-teriak
“Exe kak Ochi! Exe kak Ochi! Exe kak Ochi!” Segera ku hampiri Kak Ochi dan memeluknya.
“Adeeeeekkkk… apaan sih, kontrol diri! Adeeeeekkk!” teriaknya sambil mendorong-dorong tubuhku.
“S-sorry kak” Akhirnya ku lepaskan pelukanku. Untung aku masih bisa kontrol diri, kalau tidak sudah ku exe dia.
“Dasar kamu…. Gimana dek? Puas? Suka gak liat pertunjukan barusan?” godanya.
“I-iya kak…” jawabku sambil mengocok penisku dengan cepat di depannya.
Dia tertawa kecil melihat tingkahku yang nafsunya sudah di ubun-ubun ini.
“Pengen ngecrot yah? Dah gak nahan yah dek?” godanya melirik nakal ke arahku.
“I-iya. Kak… boleh lagi yah kali ini?” pintaku memelas.
“Hmm? Boleh ngapaiiin? Ngepejuin muka kakak lagi?” tanyanya dengan masih memasang wajah yang dibuat semenggoda mungkin.
“Iya kak… Plisssss… mau yah? Mau yah?” desakku.
“Dasar” Diapun duduk bersimpuh di lantai, tepat di hadapanku. Yuhuuu… dia mau!
Wajah cantiknya yang masih berkeringat menengadah ke atas memandangku, tentu saja dengan senyuman super manis andalannya itu. Sungguh menggoda dan membuatku tidak tahan. Apalagi dari atas sini aku dapat melihat buah dadanya dari sela lubang leher tanktopnya. Ku kocok penisku di depan wajahnya itu. Tidak butuh waktu lama memang karena aku sudah menahannya mati-matian dari tadi.
“Croooottt…. Crooooot…. Crooooot” Pejuku muncrat-muncrat tidak karuan ke wajah kak Ochi yang masih keringatan.
“Kak Ochiiiiiiiiii……. Arggghhhhhh……” Aku melenguh kuat karena sensasi kenikmatan yang luar biasa, soalnya dari tadi sudah kutahan-tahan, akhirnya lega juga.
“Ngmmmhhhh…” Dia ikut-ikutan mengerang dengan mulut tertutup, mungkin terkejut dengan banyaknya spermaku yang tumpah di wajahnya.
Aku yang mendengar lenguhannya itu makin membuatku horni, rasanya tidak ingin saja aku berhenti menyemprotkan spermaku ke wajahnya itu. Jadilah wajah kakakku makin berantakan karena pejuku. Sebuah sensasi yang luar biasa melihat keringatnya dan spermaku bercampur di wajahnya yang cantik.
“Iiihhh… banyak amat giniiii” rengeknya manja setelah ejakulasiku berhenti.
“Makasih yah kak… hehe…. Enak bener,” kataku puas.
“Tisuuuuu… cepetaaaaannn…. bau nihhhhh” teriaknya.
“Iya iyaaaahhh” Segera aku berlari mengambil tisu dan menyerahkannya pada kak Ochi.
“Ish… Please deh dek… peju kamu itu gak bau dan gak banyak bisa gak?” katanya dengan wajah dicemberutkan, lalu membersihkan wajahnya itu yang begitu belepotan pejuku.
“Hehe.. gak bisa kayanya kak, kakak sih cantik dan seksi gini…”
“Rese kamu.. gom-bal,” katanya sambil melempar tisu bekas itu ke arahku.
“Udah sana pakai celanamu! kakak mau mandi, gerah banget…,” katanya.
“Kan seksi kak keringat-keringatan gitu, bau badan kakak juga lebih menggoda, hehe…” godaku karena masih ingin melihatnya seperti itu.
“Lama-lama kan gak enak juga dek, lengket banget rasanya kulit kakak” katanya sambil mengusap-ngusap lehernya.
“Udah yah adekkuuu,” katanya lagi sambil mengelus pipiku.
“Lain kali lagi yaaaah…,” sambungnya sambil tersenyum manis.
Luluh deh hatiku, akhirnya aku iyakan juga. Lagian aku juga sudah keluar banyak amat barusan sampai lututku lemas. Akupun terduduk puas di kursi terdekat, makin lama makin luar biasa saja yang dia berikan dan tunjukkan padaku. Entah apa lagi selanjutnya. Betul-betul beruntung aku punya kakak cewek sepertinya.
“Dek…” panggilnya lirih sebelum masuk ke kamar mandi.
“Ya kak?”
“Mau mandi bareng?”
JEDAR!! Apalagi ini!!? Sebuah penawaran yang tentunya membuat penisku kembali bangun dan bersorak gembira \:v/
“Adeeeeekkkk? Kok bengong sih? Mau nggaaaak?” tanyanya sekali lagi dengan nada merdu.
“Eh, b-beneran kak? M-ma-mau…” aku tergagap kesenangan.
Siapa juga sih yang gak mau diajak mandi bareng cewek secantik kakakku.

Posted in: , , ,

0 komentar for "Kak Ochi Yang Sexy"

Leave a reply